Langsung ke konten utama

laporan praktikum gen SRY

LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI DNA DARAH (WHOLE BLOOD) UNTUK MEMERIKSA GEN SRY
Disusun untuk  Memenuhi Tugas Matakuliah Epidemiologi Genetika dan Biomolekuler


Oleh:
ELYA SANTI           11151010000101
FIEKI AMALIA       11151010000067
SUCI MAULIDYA  11141010000089




PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1440 H
LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI DNA DARAH (WHOLE BLOOD) UNTUK MEMERIKSA GEN SRY
A.    PENDAHULUAN
Gangguang perkembangan seks atau dikenal dengan istilah Disorders of Sex Development (DSD) merupakan kondisi kongenital dimana terjadi ketidakjelasan perkembangan seks atau jenis kelamin yang dinilai dari keadaan kromosom, gonad, maupun anatomi saluram urogenital. Identifikasi jenis kelamin dapat menggunakan beberapa metode yang dilakukan antara lain melalui karakteristik morfologi, metode morfometrik (pengukuran), pemeriksaan histologis, serta pemeriksaan analisis DNA. (Erawati, Winarni, Juniarto, Santosa, & Faradz, 2011)

Penentuan jenis kelamin dapat menggunakan metode DNA memiliki tingkat akurasi yang lebih baik, molekul DNA merupakan pilihan untuk analisis forensik sebab bersifat stabil dan sensitif. Salah satu teknik biologi molekuler yang digunakan untuk penentuan jenis kelamin adalah dengan polymerase chain reaction (PCR). PCR dapat membantu menggandakan penanda identifikasi bahkan dengan sampel yang sangat sedikit. Beberapa penanda tipe jenis kelamin yang digunakan pada identifikasi berbasis DNA diantaranta yaitu amelogenin, SRY, dan Y-STRs. (Syafitri & Auerkari, 2013)

Gen SRY yang terletak pada lengan pendek kromosom Y menyebabkan produksi faktor-faktor transkripsi SRY yang dengan bantuan gen-gen di luar kromosom Y yang memacu gonad berdiferensiasi menjadi testis. (Erawati et al., 2011). Sek-determining region (SRY) merupakan gen yang berperan dalam perkembangan karakteristik pria. Gen sry berlokasi pada lengan pendek (p) kromosom Y pada posisi 11.3 terdiri dari satu ekson yang mengkode 204 asam amino. SRY pada kromosom Y menyebabkan embrio berkembang sebagai pria. Deteksi rangkaian SRY akan membedakan samepl DNA pria dan sampel DNA wanita. Pada penelitian terbaru dalam aplikasi analisis SRY menggunakan sel epitel yang diekstraksi dari akrilik gigi tiruan sebagai sampel DNA untuk determinasi jenis kelamin dan hasil menunjukkan keberhasilan dalam deteksi dan kuantifikasi DNA. (Syafitri & Auerkari, 2013)

B.     ALAT DAN BAHAN
1.      Alat:
a.       Gloves
b.      Spuit disposable
c.       Tourniquet
d.      Microcentrifuge tube 1,5 ml
e.       Micropipet ukuran 100-1000µl dan Tip biru
f.       Micropipet ukuran 10-100µl dan Tip kuning
g.      Tip Putih
h.      Vortex
i.        Sentrifuge
j.        Microsentrifugator
k.      Water bath
l.        Vaccuteiner darah
m.    Mesin PCR
n.      Nanodrop
o.      Chamber elektroforesis
p.      Tray elektroforesis
q.      Sisir
r.        Power supply
s.       Spidol
t.        GS Column
u.      Tisu
v.      kapas
2.      Bahan:
a.       Alcohol 70%
b.      Sampel darah vena 300µl
c.       Lisis buffer
d.      GB Buffer
e.       Wizzar genomic DNA purification (Promega)
f.       Isopropanol
g.      Etanol Absolut
h.      Larutan W1 buffer
i.        Larutan wash buffer
j.        Larutan elusi buffer
k.      Aquades
l.        Primer upstream dan primer down stream
m.    DNA rantai ganda hasil isolasi
n.      Enzim DNA Polymerase
o.      Deoxynucleotida yang terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP
p.      Larutan buffer dan garam sebagai sumber ion
q.      Larutan hasil isolasi DNA dan larutan hasil PCR
r.        Marker DNA
s.       Larutan TAE 1X (Tris base, glacial acetic acid, dan EDTA)
t.        Agarosa bubuk
u.      Sampel buffer (loading buffer), larutan stok loading buffer 6x dibuat dari 0,25% bromofenol blue dan 40% sukrosa dalam akuades
v.       Etidium bromide
C.    CARA KERJA
C.     1. Pengambilan sampel darah vena
1.      Persiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengambil sampel darah vena.
2.      Gunakan sarung tangan untuk melindungi diri.
3.      Responden diminta untuk meluruskan lengannya, kemuudian minta responden untuk mengepalkan tangannya.
4.      Pasang tourniquet di lengan responden.
5.      Pilih bagian median cubital, basilica, atau caphalica lalu lakukan perabaan untuk memastikan posisi vena.
6.      Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darah dengan kapas serta alcohol 70% dan biarkan kering.
7.      Tusuk bagian vena menggunakan spuit hingga darah masuk kedalam spuit dan memenuhi.
8.      Letakan kapas kering ditempat suntikan kemudian lepaskan tourniquet dan segera lepaskan jarum.

C.     2. Isolasi DNA
1.      Siapkan tabung mikrosentrifuge dan beri nomor dengan menggunakan spidol.
2.      Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 900µl lisis buffer kemudian masukkan kedalam tabung mikrosentrifuge.
3.      Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 300µl darah kemudian masukkan kedalam tabung mikrosentrifuge yang berisi lisis buffer.
4.      Inkubasi dengan cara bolak balikan tabung yang berisi darah dan lisis buffer untuk menghomogenkan pada suhu kamar selama 10 menit.
5.      Masukkan tabung mikrosentrifuge kedalam mesin sentrifuse. Lakukan sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pellet dari sampel darah.
6.      Setelah dilakukan sentrifuse maka akan didapatkan supernatant dan pellet. Lalu buang supernatan namun jangan sampai pellet ikut terbuang.
7.      Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 100µl larutan lisis buffer kedalam tabung mikrosentrifuge yang berisi pellet. Kemudian bolak-balikan tabung
8.      Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 200µl larutan GB Buffer kedalam tabung mikrosentrifuge. Hal ini dilakukan untuk denaturasi protein.
9.      Inkubasi pada suhu 60oC selama 10 menit. Setelah diinkubasi dinginkan di suhu ruang.
10.  Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 200µl larutan etanol absolut kedalam tabung microsentrifuge yang telah diinkubasi kemudian vortex sebentar.
11.  Pindahkan larutan dari tabung mikrosentrifuge kedalam tabung mikrosentrifuge dengan GS Column (dengan saringan).
12.  Lakukan sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 14000 rpm. Setelah itu buang cairan.
13.  Ambil Micropipet ukuran 100-1000µl dan tip biru kemudian pipet sebanyak 400µl larutan W1 Buffer ke dalam tabung untuk melarutkan protein yang terjebak di tabung GS Column.
14.  Lakukan sentrifuse dengan kecepatan 14000 rpm selama 1 menit. Setelah itu buang cairan yang berada ditabung mikrosentrifuge.
15.  Tambahkan sebanyak 600µl larutan wash buffer kedalam tabung   mikrosentrifuge. Hal ini bertujuan untuk membersihkan semua larutan yang telah dimasukan dan hanya menyisakan DNA.
16.  Lakukan sentrifuse dengan kecepatan 14000 rpm selama 1 menit. Lalu buang cairan yang turun kedalam tabung mikrosentrifuge.
17.  Lakukan sentrifuse kembali dengan kecepatan 14000 rpm selama 1 menit.
18.  Setelah dilakukan sentrifuse pisahkan tabung mikrosentrifuge dengan tabung GS column. Buang tabung mikrosentrifuge yang lama.
19.  Pindahkan tabung GS column dengan tabung mikrosentrifuge baru yang telah diberi nomer.
20.  Ambil Micropipet ukuran 10-100µl dan tip kuning kemudian pipet sebanyak 50µl larutan elusi buffer kemudian diamkan selama 3 menit. Larutan elusi buffer berguna untuk melarutkan nukleotida yang ada di tabung GS Column.
21.  Setelah didiamkan selama 3 menit masukan tabung mikrosentrifuge kedalam mesin sentrifuse, dan sentrifuse selama 1 menit dengan kecepatan 14000 rpm. Hal ini dilakukan agar nukleotida turun ke dasar tabung mikrosentrifuge.
22.  Keluarkan tabung mikrosentrifuge dari mesin sentrifuse lalu pisahkan tabung mikrosentrifuge dengan tabung GS Column, lalu buang tabung GS Column dan simpan tabung mikrosentrifuge yang terdapat sampel DNA kedalam lemari pendingin.

C.     3.  Mereplikasi segmen DNA dengan Teknik PCR
1.      Buatlah campuran untuk PCR dalam suatu tabung PCR yang terdiri dari 10x larutan buffer sebanyak 2,5 µl; larutan campuran nukleotida dNTP 12,5mM sebanya 0,5 µl; primer up stream (100pmol/ml) sebanyak 0,5 µl; primer down stream (100pmol/ml) sebanyak 0,5 µl; enzim DNA polymerase (5unit/ µl) sebanyak 0,25 µl; larutan hasil isolasi DNA (sebagai cetakan) sebanyak 1 µl; dan air hasil destilasi dan sterilisasi sebanyak 20,75 µl. hingga didapatkan total volume 25 µl.
2.      Campurkan semua larutan tersebut menggunakan vortex untuk menghomogenkan larutan.
3.      Program mesin PCR dengan profil 35 siklus.
4.      Letakkan tabung reaksi PCR pada mesin PCR dan jalankan sesuai program.
5.      Setelah selesai, keluarkan tabung reaksi PCR dari dalam mesin, maka DNA hasil amplifikasi siap dianalisis.

C.     4.  Pengecekan konsentrasi dan kontaminasi
1.      Siapkan mesin nanodrop.
2.      Ambil cairan aquades dengan menggunakan micropipet dan tip berwarna putih lalu teteskan pada mesin nanodrop, kemudian tempelkan tisu yang dibasahi oleh tetesan aquades.
3.      Ambil micropipet dan tip berwarna putih, lalu pipet sebanyak 0,1µl larutan DNA.
4.      Teteskan larutan DNA pada mesin nanodrop dengan hati-hati. Kemudian lakukan pengukuran konsentrasi dan kontaminasi. Catat hasil yang muncul.

C.     5. Elektroforesis DNA
1.      Buat media agar dengan menimbang terlebih dahulu agarosa bubuk untuk membuat 1,5% gel agarosa dalam larutan TAE.
2.      Kemudian masak larutan agarosa sampai mendidih dan larut.
3.      Kemudian biarkan larutan dingin sampai kira-kira 70oC, kemudian masukkan 5µl 0,1% etidium bromide.
4.      Tuangkan larutan agarosa tersebut ke dalam tray elektoforesis yang sudah dipasangi sisir.
5.      Biarkan agarosa dingin dan mengeras.
6.      Selanjutnya siapkan larutan DNA dengan loading buffernya dengan komposisi 1 µl loading buffer ditambah 5 µl larutan DNA.
7.      Setelah agar mengeras, pasangkan tray berikut isinya ked lam chamber elektoforesis. Ambil sisir pada gel. Kemudian tuang larutan TAE sampai melebihi permukaan gel.
8.      Masukkan larutan loading buffer dan DNA ke dalam sumur yang telah terbentuk dri sisir yang telah diangkat menggunakan micropipette secara hati-hati dan perlahan. Pastikan ujung tip sudah sedikit masuk pada sumur media agar.
9.      Nyalakan mesin elektroforesis selama 1 jam.
10.  Matikan mesin dan keluarkan media agar dengan hati-hati pada tray yang disediakan.
11.  Amati pita-pita yang terbentuk dengan menggunakan UV Iluminator kemudian dokumentasikan dengan kamera polaroid.





D.    HASIL
·         Hasil pengukuran konsentrasi DNA


Dari pengukuran yang dilakukan menggunakan alat nanodrop, diketahui bahwa sampel memiliki konsentrasi DNA sebesar 22.960 ng/µL, sedangkan kemuniannya (purity) sebesar 1.43 (260/280). Dari hasil tersebut menggambarkan konsntrasi DNA cukup baik walaupun terdapat kontaminasi pada sampel ini yang ditandai dengan tanda seru pada samping kolom purity. Walaupun terdapat kontaminasi pada sampel namun, konsentrasi sampel cukup baik. Sehingga hasil sampel masih bisa menunjukkan hasil yang baik.









·         PCR SRY

Hasil dari elektroforesis menunjukkan bahwa sampel 1, 3, 5 dan 7 merupakan jenis kelamin laki-laki. Hal ini dibuktikan pada gambar diatas bahwa adanya senyawa SRY pada hasil elektroforesis. Senyawa SRY hanya akan ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sehingga pita yang terang atau terlihat merupakan jenis kelamin yang cocok. Sedangkan pada sampel 2,4 dan 6 tidak muncul pita pada gambar yang artinya bahwa pita pada sampel dengan jenis kelamin perempuan tidak akan muncul jika diberikan dengan senyawa SRY begitu juga sebaliknya.

E.     PEMBAHASAN
Seseorang yang dikatakan sebagai seorang wanita memiliki gonosom XX dan seorang pria memiliki gonosom XY. Setiap kromosom terdiri dari beberapa lokus dimana dalam lokus tersebut terdapatlah gen. Pada mamalia, gen SRY yang terdapat pada kromosom Y mempengaruhi ekspresi sifat laki-laki pada mamalia tersebut, sedangkan gen dosage-sensitive sex-reversal, adrenal hypoplasia congenital, X chromosome (DAX1) pada kromosom X mempengaruhi ekspresi sifat perempuan.2,3 Ekspresi gen SRY menyebabkan terekspresikannya gen-gen yang lain yang meningkatkan perkembangan laki-laki. Gen SRY mengkode protein yang mengandung DNA-binding domain yang disebut High Mobility Group box (HMG box).
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif (Giri 2004).
PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templat) yang mengandung DNA-target (yang akan di amplifikasi) untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon 3’.
Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester antara OH pada karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat dNTP yang ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 5’→3’ dan disebut reaksi polimerisasi. Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan nukleotida yang terdapat pada rantai DNA templat (Campbell 2002).
PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat, penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA polimerase(Giri 2004).PCR merupakan suatu teknik perbanyakan molekul DNA dengan ukuran tertentu secara enzimatik melalui mekanisme perubahan suhu. Secara ringkas, prinsip PCR dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada suhu 94-95oC, DNA mengalami denaturasi (pembelahan untai ganda menjadi untai tunggal). Waktu yang diperlukan untuk proses ini sekitar 30 detik pada suhu 95oC atau 15 detik pada suhu 97oC. Apabila DNA target mengandung banyak nukleotida G/C, suhu denaturasi dapat ditingkatkan. Denaturasi yang tidak lengkap akan menyebabkan renaturasi secara cepat, sedangkan waktu denaturasi yang terlalu lama dapat mempengaruhi enzim taq polymerase. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses PCR. Umumnya sebelum proses siklus PCR dimulai sering kali dilakukan pre denaturasi selama 3-5 menit, untuk menyakinkan bahwa molekul DNA target yang ingin dilipatgandakan jumlahnya benar-benar terdenaturasi (Giri 2004).

F.     KESIMPULAN
Sebagai pembawa info genetik, gen sangat berpengaruh pada penentuan jenis kelamin. Keberadaan gen SRY mengakibatkan munculnya ekspresi sifat laki-laki pada individu mamalia. Proses biomolekuler yang terjadi saat gen menentukan jenis kelamin sangat kompleks, dimana satu gen utama mempengaruhi ekspresi gen-gen lainnya yng turut berpengaruh dalam penentuan jenis kelamin.
G.    DAFTAR PUSTAKA
Erawati, M., Winarni, T. I., Juniarto, A. Z., Santosa, A., & Faradz, S. M. H. (2011). Analisis Mutasi Gen SRY dan AZF serta Fungsi Gonad pada Penderita 46 , XY Disorder of Sex Development ( DSD ). Jurnal Ilmu Kedokteran, 5(1), 49–55.

Syafitri, K., & Auerkari, E. (2013). Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology. Jurnal PDGI, 62(1), 11–16.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Pola Sulur Jari Tangan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN  JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI KESEHATAN  Anggota Kelompok:   1. Ni Made Shellasih (094)                                     2. Siti Nurohma                                     3. Suci Maulidya P (089) Kelompok 2 A.     Tujuan 1.       Untuk mengetahui pola sulur jari tangan pada mahasiswi Epidemiologi 2014 dari perwakilan setiap kelompok 2.       Mengetahui perbandingan pola sulur jari tangan antar kelompok Epidemiologi 2014 B.   ...

Resume Buku At a Glance Imunologi

Resume Buku At a Glance Imunologi Kelompok   3 : 1.       Nanda Amala Elsany (11141010000008) 2.       Wardatul Hasanah   (11141010000015) 3.       Nabilah Musyarrofah (11141010000069) 4.       Mia Sarah (11141010000080) 5.       Suci Maulidya Paramitha (11141010000089) 6.       Ni Made Shellasih (11141010000094) Kelas               : 4C/ Epidemiologi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN 2014 Mata Kuliah : Vaksin dan Imunologi BAB 1 : Cakupan Imunologi Cedera dan infeksi merupakan penyebab pertama yang biasanya menimbulkan kematian penderita sebelum usia produktif, yang berarti berpotensi menghilangkan gen. Untuk mengurangi dampak tersbeut, dilakukan pemulihan dan imunitas. Imunitas membahas mengenai pengenalan dan pembuangan benda asing yang ...

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA GOLONGAN DARAH

Praktikum biokimia Ni Made Shellasih Siti Nurohma Suci Maulidya P 11141010000089 Judul praktikum Genetika golongan darah Tujuan 1.       Mengetahui pola golongan darah menurut keturunan 2.       Mengetahui alel dari setiap golongan darah 3.       Mengetahui rhesus pada mahasiswa peminatan epidemiologi 2014 4.       Mengetahui golongan darah yang dominan pada mahasiswa peminatan epidemiologi 2014 Teori Darah merupakan bagian dari cairan ekstrasel yang berfungsi untuk mengambil O2 dari paru-paru, bahanbahan nutrisi dari saluran cerna, dan mengangkut hormon dari kelenjar endokrin. Bahan-bahan tersebut diangkut ke seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-bahan tersebut akan berdifusi dari kapiler ke jaringan interstitial, masuk ke dalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktifitas sel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa darah mempunyai tiga peranan pe...