Praktikum biokimia
Ni
Made Shellasih
Siti
Nurohma
Suci
Maulidya P 11141010000089
Judul
praktikum
Genetika
golongan darah
Tujuan
1.
Mengetahui
pola golongan darah menurut keturunan
2.
Mengetahui
alel dari setiap golongan darah
3.
Mengetahui
rhesus pada mahasiswa peminatan epidemiologi 2014
4.
Mengetahui
golongan darah yang dominan pada mahasiswa peminatan epidemiologi 2014
Teori
Darah merupakan bagian dari cairan
ekstrasel yang berfungsi untuk mengambil O2 dari paru-paru, bahanbahan nutrisi
dari saluran cerna, dan mengangkut hormon dari kelenjar endokrin. Bahan-bahan
tersebut diangkut ke seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-bahan tersebut akan
berdifusi dari kapiler ke jaringan interstitial, masuk ke dalam sel dan
selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktifitas sel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa darah mempunyai tiga peranan penting yaitu : fungsi
transport, fungsi regulasi dan fungsi pertahanan tubuh. Darah terdiri dari tiga
jenis unsur sel khusus, eritrosit, leukosit dan trombosit yang terendam dalam
cairan kompleks plasma, dimana masing-masing sel ini memiliki fungsi yang
saling menunjang dalam melaksanakan kerja
dari darah tersebut (Siregar,
1995).
Darah
adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen,
antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah
manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia
(karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon
dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002)
Pada
Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun
dari 1 molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1
molekul N-asetil galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin, pada Golongan
darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit berbeda dengan
antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul Nasetil galaktosamin digantikan
oleh 1 molekul galaktosa. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam
antigen permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B,
sedangkan golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan,
namun terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada
permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil
glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik,
sehingga anggapan golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih bisa
diterima (Harper, 1971).
3.2.4 Rhesus
Jenis
penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus
atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui
memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak
memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-.
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan
golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan
produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan. Jika terdapat perbedaan
rhesus pada pasang suami istri, pada kehamilan ke dua dapat menyebabkan
kematian janin dalam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak,
anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung. Hal ini terjadi karena anti rhesus (penghancuran sel arah
merah) atau hemolitik. (Tiblad et al. 2013)
Kebanyakan
manusia di dunia ini, sekitar 85% memiliki rhesus positif. Dasar inilah yang
mendukung pernyataan bahwa manusia berevolusi atau berasal dari monyet. Rhesus
positif identik dengan monyet, sedangkan asal usul rhesus negatif masih
dipertanyakan hingga sekarang, banyak teori mengenai asal usul rhesus negatif,
baik teori adam-hawa, geografis, mutasi, keturunan yahudi, hasil perkawinan
manusia dengan alien, hingga sampai bahwa teori rhesus negatif adalah karunia
ciptaan Tuhan, bukan berasal dari evolusi hewan. (Carritt, Kemp, and Poulter
1997) Umunya, dalam ras yang sama memiliki rhesus yang sama karena berasal dari
garis keturunan yang sama pula, rhesus menurun secara genetic seperti golongan
darah. Di Asia Rhesus (+) mendominasi. Rhesus negative lebih banyak pada orang
Eropa (caucasoid). Untuk Asia ada satu suku bangsa dengan Rhesus negatif yang
cukup banyak yaitu orang Gurkha. Untuk orang Indonesia memang sangat jarang
rhesus negatif. (Carritt, Kemp, and Poulter 1997)
Alat
ukur dan Bahan
1.
Lancing
Device
2.
Lanset
Blood
3.
Anti
B Reagen
4.
Anti
A Reagen
5.
Anti
AB Reagen
6.
Anti
D Douclonal
7.
Kertas
Golongan Darah
8.
Alkohol
Swab
Darah
sistem rhesus penggolongan darah
Cara
kerja hasil
Dapus:
Tiblad, Eleonor, Magnus Westgren,
Dharmintra Pasupathy, Anita Karlsson, and
Agneta T Wikman
2013 Consequences of Being Rhesus D
Immunized during Pregnancy and How
to Optimize New Prevention
Strategies. Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica 92(9): 1079–1085.
Carritt, B., T. J. Kemp, and M.
Poulter
1997 Evolution of the Human RH
(Rhesus) Blood Group Genes: A 50 Year Old
Prediction (Partially) Fulfilled.
Human Molecular Genetics 6(6): 843–850
Harper H.1971. Review of Physiological Chemistry,
Edisi 13. California: Lange Medical
Publication
Siregar, H., Yusuf, I. & Gani, A. 1995 Fisiologi
Sel dan Cairan Tubuh. Universitas Hasanuddin
Watson, Roger. 2002. Anatomi
Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : ECG
Komentar
Posting Komentar